Kanker Paru

Jumat, 19 November 2010 ·
Latar belakang
Kanker paru merupakan kanker kedua yang paling sering pada laki – laki, dan penyebabkan kematian akibat kanker baik pada laki – laki dan wanita ( 32%). Diperkirakan 169,400 kasus baru pada tahun 2002 telah didiagnosa, yang merupakan 14 % dari semua kanker . Setiap tahun kanker primer dari paru terjadi pada 94.000 laki – laki dan 78.000 pada wanita di Amerika Serikat , 86% dari keseluruhannya meninggal setlah 5 tahun . hal ini membuat kanker paru menjadi penyebab kematian tertinggi pada pria dan wanita untuk segala jenis ras . Kejadian kanker juga berkisar antara 55 dan 65 tahun . Kematian kanker paru sekitar 31% dari semua kejadian kanker pada pria dan sekitar 25% dari seluruh kejadian kanker pada wanita. Diperkirakan sekitar 171.500 kasus baru dari kanker paru didiagnosa di Amerika Serikat pada tahun 1998 . Kematian akibat kanker paru di AS sekitar 160.100 kematian setiap tahunnya , angka ini menjadikan kanker paru sebagai penyebab kematian tertinggi akibat kanker di Amerika dan juga di Eropa. Penyakit kanker paru digambarkan sebagai suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel paru. Kanker dapat menyebabkan kematian dengan cara penekanan kanker terhadap organ – organ yang disekitarnya, dan juga dengan cara menyebar ke tempat yang jauh melewati darah , limfe dan permukaan. Biasanya gejala tumor paru tidak akan muncul pada stadium awal tetapi akan muncul pada stadium akhir sehingga penyakit kanker paru sering terdiagnosa pada pemerikasaan medis yang lain, biasanya pemerikasaan tersebut memerlukan foto thorax ataupun CT scan thorax. Penyakit kanker paru merupakan penyebab kematian yang sering di amerika serikat faktor yang sangat berperan adalah rokok , penangannya didasarkan pada struktur histology dari kanker itu. Tindakan pembedahan sangat dianjurkan pada kanker tipe tertentu.




Definisi
Kanker paru digolongkan sebagai penyakit yang ditandai dengan tidak terkendalinya pertumbuhan sel paru. Kanker paru dapat membunuh dengan cara melakukan invasi yang bersifat merusak ke jaringan atau organ disekitarnya yang masih sehat atau menyebar ke bagian tubuh yang jauh melalui darah , limfa , dan permukaan serus . Sifat sel kanker yang tidak normal ini sering dihubungkan dengan mutasi genetik , translokasi kromosom , dan sekresi hormon serta enzim yang tidak normal. Setiap kanker paru memiliki bentuk klinis yang berbeda – beda.

Epidemiologi
Kanker paru merupakan salah satu keganasan organ viseral yang paling banyak dan umum ditemukan, tercatat dimana sepertiga dari seluruh kematian karena kanker disebabkan oleh kanker paru dan merupakan kanker yang paling banyak berhubungan dengan kematian karena kanker pada kedua jenis kelamin baik pria maupun wanita. Di Amerika Serikat tercatat angka insidennya 172.000 kasus baru per tahun. Kanker merupakan salah satu kanker yang paling letal di dunia, tercatat 3 juta kematian disebabkan karena kanker paru. Akhir-akhir ini terjadi penurunan angka insidens pada laki-laki sebaliknya terjadi peningkatan insidens pada wanita dimana meningkatnya kasus baru kanker paru tipe NSCLC (non-small cell lung cancer) secara relatif pada wanita muda yang bukan perokok.

Patofisiologi
Kebanyakan dari teori – teori tentang karsinogenesis melibatkan tiga langkah penting yaitu inisiation, promotion dan progression. Begitu juga pada patofisiologi terjadinya kanker paru. Inisiation Inisiasi diawali dengan kerusakan atau mutasi dari DNA yang terjadi ketika sel – sel tubuh kita terpapar oleh berbagai zat ( seperti kimia , virus , radiasi ) selama replikasi DNA (transkripsi ) . Dalam kondisi normal , enzym akan mendeteksi kerusakan dalam proses transkripsi dan memperbaikinya, tetapi kadang kerusakan ini tidak terdeteksi. Ketika kerusakan ini berhasil dideteksi maka akan terjadi proses perbaikan dan menghentikan pembelahan berikutnya , tetapi apabila kerusakan itu tidak berhasil dideteksi maka akan menjadi mutasi yang permanen . Promotion Promosi ini melibatkan promoters ( paparan yang menyebabkan mutasi ) dapat terjadi segera setelah inisiasi atau beberapa tahun berikutnya , pada kejadian kanker paru promoters yang paling sering adalah nikotin pada rokok, yang mampu mengubah fungsi dari sel , respon dari sel terhadap hormon pertumbuhan , dan komunikasi antar sel . Progression Para ahli percaya tahap ini merupakan tahap yang paling bebahaya, dimana akan meng-invasi, metastase , dan menjadi resisten terhadap obat . tahap ini bersivat irreversible.

Etiology
Merokok sampai saat ini merupakan faktor resiko utama dari kanker paru , sekitar 87% kanker paru diperkirakan disebabkan karena merokok dan sisanya dari perokok pasif. Semakin lama seseorang terpapar dengan rokok maka semakin besar resiko menderita kanker paru. Para perokok pasif ( secondhand smoker ) juga beresiko menderita kanker paru sebesar 30% dari orang yang tidak merokok. Asbes juga dikatakan menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kanker paru dimana , para pekerja yang bergerak dibidang asbes dikatakan mempunyai resiko sebesar 7 kali lebih besar menderita kanker paru ,terpapar oleh asbes merupakan faktor resiko yang paling penting dari terjadinya kanker paru . Asbes dihubungkan sebagai penyebab keganasan pada mesotel atau mesotelioma. Kanker jenis ini berhubungan dengan tumor pada pleura dan bukan tipe dari kanker paru. Paparan asbes meningkatkan resiko terjadinya kanker paru terutama pada perokok, resikonya 3 kali lebih besar jika dibandingkan hanya dengan merokok saja. Sehingga resiko terjadinya kanker paru pada perokok yang terpapar asbes meningkat menjadi 90 kali lipat. Radiasi- Radon merupakan produk zat dari uranium 228 dan radium 226. menghirup gas radon dapat menyebabkan terjadinya kanker paru, dikatakan radon menjadi penyebab terjadinya kanker sebesar 5% dari semua kejadian kanker paru di United Kingdom , dimana berdasakan meta analisi dikatakan bahwa dosis radon yang dapat menimbulkan faktor resiko sebesar 150 Bq/m3. Polusi udara-polusi udara juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kanker paru , termasuk diantaranya adalah hasil pembakaran dari batu bara dan kayu bakar dan hidrokarbon dari minyak goreng panas, dibeberapa kota di dunia dikatakan polusi udara bisa menyebabkan terjadinya kanker paru walaupun resikonya lebih kecil daripada merokok Silica- Beberapa studi kohort mengatakan bahwa pada orang dengan silicosis memiliki peningkatan ratio terhadap terjadinya kanker paru antara 2 sampai 4 kali lebih besar. Faktor keturunan- Salah satu studi dari case-control menyebutkan bahwa resiko terjadinya kanker paru pada mereka yang merokok dengan riwayat keluarga menderita kanker paru jauh lebih besar dari mereka yang merokok pada kelompok kontrol studi yang lainnya di iceland juga dikatakan bahwa resiko terjadinya kanker paru menjadi dua kali lebih besar pada sibling atau orang tua menderita kanker paru. Makanan- Dimana dikatakan faktor makanan juga menjadi salah satu faktor resiki terjadinya kanker paru , dimana rendahnya mengkonsumsi makanan yang mengandung ß- karoten dapat menyebabkan terjadinya kanker paru

Patology
Berdasarkan kriteria WHO 1999 ada 4 jenis sel kanker paru berdasarkan histologisnya yaitu karsinoma sel skuamus, adenokarsinoma, kanker tipe sel besar, dan kanker tipe sel kecil.Untuk memudahkan pembagian jenis sel kanker tersebut dilakukan pembagian sel kanker berdasarkan klinis dan tujuan terapinya yaitu kanker paru tipe sel kecil (SCLC) dan kanker paru tipe bukan sel kecil (NSCLC).

Kanker paru tipe sel kecil
Kanker paru tipe sel kecil atau small cell lung cancer (SCLC) meliputi 15% dari seluruh kanker paru. SCLC ini terdiri dari beberapa subtipe histologi yaitu sel oat, sel poligonal, limfositik dan sel spindel. Lokasi yang paling sering adalah pada daerah sentral atau hilus (95%) sedangkan sisanya di daerah perifer (5%). Pasien dengan SCLC biasanya telah menunjukkan berbagai gejala dan tanda penyakit pada saat SCLC didiagnosis. Penurunan kondisi klinis yang cepat pada seseorang yang terdapat massa di daerah thorax ini dapat mengindikasikan adanya SCLC. Metastase SCLC biasanya melalui jalur peredaran darah ke otak, sumsum tulang dan hati. Effusi pleura sering terjadi pada SCLC. Sering kambuh pada tempat yang baru setelah radioterapi atau kemoterapi. SCLC dihubungkan dengan sindrom paraneoplastik seperti SIADH, Hiperkoagulasi, sindrom ACTH ektopik, sindrom myastenia dan hiperkalsemia. Kanker paru tipe bukan sel kecil
Kanker paru tipe bukan sel kecil atau non-small cell lung cancer (NSCLC) dibagi atas tiga variant yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma dan kanker sel besar yang dikelompokkan menjadi satu karena memiliki persamaan dalam presentasi tumor, terapi dan perjalanan alamiahnya. Karsinoma sel skuamosa merupakan 30% dari kanker paru lebih sering terjadi di perifer dan secara klinis biasanya terlokalisasi pada tempatnya dan kekambuhan setelah operasi maupun radiasi atau kemoterapi biasanya pada tempat yang sama. Karsinoma sel skuamosa ini dihubungkan dengan sindrom paraneoplastik seperti hiperkalsemia dan hiperkoagulasi. Adenokarsinoma dan kanker sel besar meliputi 60% kanker paru dimana keduanya sering berlokasi di perifer namun adenokarsinoma dapat juga terjadi di sentral. Secara klinis pasien dengan adenokarsinoma biasanya menunjukkan gambaran nodul di perifer dan biasanya telah mengalami metastase regional. Adenokarsinoma dan kanker sel besar memiliki perjalanan penyakit dan penyebaran yang sama yaitu melalui aliran darah paling banyak ke tulang, hati dan otak. Kedua kanker ini berhubungan dengan sindrom paraneoplastik seperti hipertropikosteoartropati, hiperkoagulasi, hiperkalsemia, dan ginekomastia (kanker sel besar). Gambaran adenokarsinoma khas dengan bentuk formasi glandular dan cenderung kearah pembentukan konfigurasi papilar biasanya membentuk musin sering tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru ( scar ), dengan petanda tumor CEA ( Carsinoma Embrionic Antigen ). Gejala Klinis Pada satu populasi 1539 kanker paru dari new Hampshire and Vermont hanya 2% ( 28 pasien ) yang asimptomatis , kebanyakan dari penderita yang asimptomatis ini terdiagnosa setelah dilakukan pemerikasaan rontgen , pada dasarnya gejala tumor paru ini dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan gejala lokal yang timbul , penyakit metastatis dan sindrome paraneoplastik. Kebanyakan manifestasi yang muncul berupa gejala lokal dan metastase sedangkan paraneoplastik sindrome jarang bermanifestasi

Gejala lokal
Gejala yang umunya terjadi pada penderita kanker paru adalah batuk , dimana terjadi pada hampir 45%-75% dari semua pasien dan biasanya berhubungan dengan produksi sputum , produksi sputum yang banyak dinamakan bronchorhea , terjadi pada sekitar 15% pasien dengan carcinoma sel bronkoalveolar. Bronchorea sangat jarang terjadi pada subtipe yang lain. Sesak terjadi pada sepertiga sampai setengah dari seluruh pasien kanker paru. Ini juga merupakan gejala yang nonspesifik dan berhubungan dengan penyakit COPD. Sulit bernafas pada pasien kanker paru mungkin berhubungan dengan banyak faktor , termasuk obstruksi saluran nafas , obstruksi pneumonitis atau atelektasis , penyebaran limfangitis , efusi pleura dan perikardial atau penyakit tromboemboli. Hemoptisis juga dilaporkan pada 27% - 57% dari pasien kanker paru . walaupun bronkhitis masih menjadi penyebab yang paling sering dari hemoptisis, tetapi kanker paru terdiagnosa pada 19% - 29% semua pasien yang mengalami gejala hemoptisis, pada kasus tersebut jumlah darah yang bercampur dengan dahak jumlahnya sedikit. Nyeri dada terjadi pada seperempat sampai setengah pasien . Beberapa pasien mengalamai nyeri yang intermiten pada hemithorax dimana tumor itu berada, hal ini tidak menunjukan terjadinya invasi ke struktur yang berada didekatnya, tetapi pada nyeri yang berat dan persisten menunjukan adanya invasi kanker ke dinding dada atau mediastinum, dan sering dihubungkan dengan rib erosion. Whezing yang unilateral jarang terjadi , tetapi ketika hal tersebut terjadi harus dicurigai adanya bronkogenik karsinoma yang menyebabkan obstruksi saluran nafas. Obstruksi trakea mungkin akan menimbulkan stridor. gejala ini selalu berhubungan dengan dispneu yang berat. Penurunan berat badan juga telah dilaporkan pada 8%-68% dari semua kanker paru, ini merupakan gejala yang bersifat lokal ,metastase atau sindrom paraneoplastik. Kebanyakan penurunan berat badan pada kanker paru menunjukan adanya prognostik yang buruk

Penyakit Metastase
Sekitar 70% pasien dengan kanker paru muncul dengan gejala – gejala yang menunjukan adanya metastase intrathorax atau extrathorax. Efusi pleura umumnya disebabkan oleh penyebaran tumor ke pleura. Efusi perikardial juga dapat terjadi pada penyebaran kanker ke perikardium dan epikardium. Serak , pada kanker paru disebabkan oleh penekanan nervus rekuren laring , hal ini dilaporkan pada 2% sampai 18% kasus. Hal ini kebanyakan terjadi pada tumor sebelah kiri , karena nervus rekuren berjalan mengelilingi arkus aorta. Vena cava superior sindrom mungkin timbul dari penekanan atau invasi vena besar oleh kelenjar limenodus di mediastinum atau oleh tumornya sendiri. Hal ini paling sering disebabkan oleh karsinoma tipe sel kecil. Gejala dari sindrom vena cava superior termasuk sakit kepala, dengan perasaan penuh dikepala dan sesak nafas. Tanda fisik yang biasa ditemukan seperti bengkak pada wajah atau extremitas atas, plethora, pelebaran vena leher. Sindrom vena cava superior ditemukan pada 4% dari 2000 pasien kanker paru. Brachial plexopathy sering disebabkan oleh tumor di atas sulkus superior paru, yang sering disebut dengan pancoast tumor , gejala yang muncul berupa perasaan nyeri pada daerah yang dipersarfi oleh C-8, T-1 dan T-2, sindrom horner (enophthalmos, ptosis, miosis, and facial anhidrosis), kerusakan pada tulang iga , dan atropi otot tangan, nyeri bahu dan kelemahan kelopak mata. Biasanya keluhan sindrom horner dan sindrom pancoast terjadi secara bersamaan. Organ yang paling sering terlibat pada metastase jauh dari kanker paru adalah otak , tulang liver , kelenjar adrenal dan kulit. Kanker paru dapat bermetastase ke tulang, terutama tulang belakang , dapat juga bermetastase ke hati yang menimbukan gejala lemah dan penurunan berat badan . sakit kepala ,mual , muntah, gejala fokal neurologik. kejang merupakan tanda adanya metastase ke otak

Sindrom Paraneoplastik (Non Metastase)
Gejala yang ketiga adalah, yang menunjukan adanya manifestasi sistemik yang non metastase (sindrom paraneoplastik) , gejala ini muncul akibat adanya produksi substansi yang aktif oleh tumor paru itu sendiri atau respon tubuh sendiri terhadap tumor. Secara klinis gejala ini muncul pada 10-20% pasien dengan kanker paru. Gejalanya bersifat sistemik seperti terjadinya penurunan berat badan , anoreksia, demam. Pada hematologi ditemukan adanya anemia , lekositosis. Pada sistem neurologi ditemukan adanya demensia , ataksia , tremor dan neuropati perifer. Pada sistem endokrin yang paling sering ditemukana adalah adanya sekresi yang berlebihan dari hormon paratiroid ( hiperkalsemia).

Diagnosis
Kebanyakan dari kasus kanker paru ditegakkan dari hasil temuan foto rontgen thorax .Definit diagnosa dari kanker paru mungkin ditegakkan dengan pemeriksaan sitologi jaringan yang diperoleh dari tumornya sendiri. Teknik diagnostik spesifik adalah sitologi sputum , bronkoskopi fiberoptik , biopsi pleural dan analisis cairan, fine needle aspiration (FNA), mediastinoscopy, dan thorakotomi. Semua pasien dengan kanker paru seharusnya dilakukan pemerikasaan CT-Scan thorax, dengan kontras bila mungkin. MRI juga dapat dilakukan apabila dicurigai telah terjadi invasi ke pembuluh darah, bone scan dilakukan apabila terdapat kecurigaan metastase ke tulang.

Deteksi dini kanker paru
Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi intratorakal tersebut jinak atau ganas. Bila fasilitas ada , dengan teknik positron emission tomografi (PET) dapat dibedakan kedua jenis kanker tersebut. Kemudian tentukan letaknya apakah sentral atau perifer, yang bertujuan menentukan cara pengambilan jaringan tumor. Pada foto thorax PA dan lateral dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps di daerah peripleura dan pembesaran mediastinum. Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan foto dada PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI biasanya dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran tumor ke tulang belakang. Pemeriksaan Bone scanning juga dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis tumor ke tulang. Zat radioaktif yang dialirkan pada pembuluh darah yang melayani tulang yang dicurigai telah mengalami metastasis akan diserap oleh sel kanker yang kemudian di scan akan memperlihatkan gambaran berbeda dari sel normal sekitarnya.

Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan pemeriksan sitologi sputum terutama pada kasus tumor paru yang menginvasi saluran nafas dengan gejala batuk. Dalam pemeriksaan mikroskopis akan ditemukan gambaran sel-sel kanker dalam sputum. Pemeriksaan ini tidak invasif. Pada kanker yang letaknya sentral pemerikasaan sputum yang baik dapat memberikan hasil yang positif sampai 67%-85% pada kasrsinoma sel skuamosa, dan saat ini sedang dikembangkan pemerikasaan menggunakan immune staining dengan Mab dengan antibody 624H12 untuk antigen SCLC dan antibody 703D4 untuk antigen NSCLC, laporan dari National Cancer Institute menyatakan teknik ini memberikan hasil 91% sensitive dan 88% spesifik.

Pemeriksaan Histopatologi
merupakan standar baku penegakan diagnosis kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui bronkoskopi, biopsi transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi dan torakotomi. Hasil pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipe kanker. SCLC ditandai dengan gambaran yang khas dari sel kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarang atau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular. Pada karsinoma sel skuamus ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin yang berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan beberapa fokus diferensiasi. Pada adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi dengan jaringan desmoplastik di sekitarnya. Sedangkan pada karsinoma sel besar menunjukkan gambaran histologi yang aneh dan tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan glandular dengan diferrensiasi buruk dengan sel datia, sel jernih dan varian sel berbentuk kumparan di dalamnya. Teknik pengumpulannya dapat dilakukan dengan beberapa cara

Pemerikasaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE (neuron-spesific enolase) dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment 19).

Staging kanker paru
Staging kanker paru menggunakan sistem TNM yaitu T untuk tumor primernya, N untuk terlibatnya kelenjar limfe dan M untuk adanya metastase jauh., sistem TNM ini biasanya digunakan pada jenis kanker bukan sel kecil ( NSCLC) sedangkan pada kanker tipe sel kecil biasa ditemukan dengan gambaran metastase yang jelas sehingga prognosisnya tidak diperngaruhi oleh besar kecilnya tumor. Sistem yang sering digunakan adalah limited stage disease dan extensive stage disease: Staging pada kanker tipe bukan sel kecil (NSCLC ) I a : T1 N0 M0 b : T2 N0 M0 II a : T1 N1 M0 b : T2 N1 M0 ; T3 N0 M0 III a : T3 N1 M0 ; T1-3 N2 M0 b : T1-4 N3 M0 ; T4 N1-3 M0 IV : T1-4 N1-3 M1 Keterangan : Tx : tumor tidak dapat ditentukan, sel tumor ada dalam pemeriksaan sputum tapi tidak ada pada foto dada. T0 : tidak ada tumor primer Tis : karsinoma in situ T1 : tumor diameter <> T2 : tumor diameter ≥3 cm terdapat atelektasis pada distal hilus T3 : tumor ukuran apapun yang meluas ke pleura, diding dada, diafragma, Perikardium, <> T4 : tumor ukuran apapun dengan invasi ke mediastinum dan adanya effusi pleura maligna Nx : terlibatnya KGB tidak dapat ditentukan N0 : tidak ada KGB yang terlibat N1 : metastase KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus N2 : metastase KGB mediastinal atas sub karina N3 : metastase KGB mediastinal kontralateral atau hilus atau skalenus atau Supraklavikula M0 : tidak ada metastase jauh M1 : ada metastase jauh

Staging kanker tipe sel kecil
Limited stage disease Stage ini menunjukan adanya gambaran tumor yang terbatas pada hemithorax dari tumor itu berasal ,mediastinum , KGB supraklavikula yang bisa dicakup oleh sinar radiasi (tolerable radiation therapy port), tidak ada definisi yang universal untuk terminologi tersebut.
Extensive stage disease Pada stage ini tumor terlalu luas untuk digolongkan dalam limited stage disease, pasien dengan metastase(M1) digolongkan pada stage ini.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan dari kanker paru berupa pembedahan, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi .Terapi dari kanker paru sangat ditentukan dari jenis sel kanker dan stadium kanker tersebut.

PembedahanPembedahan merupakan tindakan yang bisa dilakukan pada NSCLC, lobektomi umumnya dilakukan dalam penanganan pasien NSCLC stage I dan II, cara ini dapat menghilangkan semua penyakit dengan tetap memperhatikan fungsi paru, pneumektomi juga dapat dilakukan pada tumor proksimal yang luas, sleeve resection juga bisa dilakukan pada tumor karina yang lebih dari 2 cm, Teknik VATS (video-assisted thoracoscopic surgery )juga dapat dilakukan pada pasien dengan kanker paru , merupakan teknologi yang paling mutahir pada saat ini, meminimalisasi teknik invasi yang mampu menurunkan morbiditas pembedahan, termasuk nyeri pasca operasi. VATS dapat dilakukan sebagai tindakan diagnostik dan terapi, dan sebagai teknik reseksi segmental dan luas pada penderita NSCLC. Terapi pembedahan pada pasien NSCLC stage I dan II mempunyai angka keberhasilan yang bervarisi dimana 50% pasien NSCLC stage I dan 30% pasien NSCLC stage II mampu bertahan selama 5 tahun.

Radioterapi
Terapi radiasi dilakukan pada penanganan kanker tipe NSCLC yang tidak bisa dilakukan tindakan pembedahan, dan pada penanganan post operative dengan reseksi (Stage II). Terapi radiasi juga digunakan sebagai terapi alternative utama pada pembedahan pasien dengan teknik reseksi, selain itu juga dapat digunakan pada terapi paliatif dengan komplikasi (sindrom vena cava superior, dll). Pasien yang melakukan terapi ini adalah pasien yang tua, menolak tindakan pembedahan , dan mempunyai faktor komorbid yang signifikan. Radiasi dapat dilakukan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi apabila diperlukan. Pada penelitian dengan 347 penderita kanker paru NSCLC stage I dengan terapi radiasi , yang mampu bertahan selama 5 tahun adalah 27% dan sisanya rata – rata hanya mampu bertahan selama 27,5 bulan.

Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi dengan menggunakan obat anti kanker yang diberikan secara oral maupun intravena , obat anti kanker ini akan mencapai jaringan tubuh melalui sistemik ,sehingga sering digunakan pada pasien dengan metastase yang luas, kemoterapi digunakan pada penanganan kanker tipe SCLC. Kemotherapi digunakan sebagai terapi baku pada NSCLC mulai dari pasien dengan stage IIIA dan untuk pengobatan paliatif, kemotherapi adjuvant diberikan mulai dari stage II cara pemberian setelah terapi definitif berupa pembedahan, radiotherapy atau kombinasi keduanya. Sedangkan kemoterapi nonadjuvan diberikan mulai dari stage II dimana terapi definitive seperti pembedahan dan radioterapi diberikan diantaranya. Ada juga pemberian kemoterapi bersama dengan radioterapi yang disebut dengan kemoradioterai konkomitan, dimulai dari stage III. Obat anti kanker ini selain membunuh sel kanker juga dapat merusak sel tubuh yang normal efek samping yang mungkin muncul pada pemberian obat anti kanker adalah mual ,muntah ,menurunnya nafsu makan, kerontokan rambut, dan timbulnya sariawan, beberapa obat juga dilaporkan dapat menimbulkan gejala diare. Selain itu juga dapat merusak produksi sel darah merah di sumsum tulang, sehingga dapat terjadi leukopenia dan menimbulkan infeksi ,perdarahan minor, perasaan lemah. Cisplatin dan carboplatin digunakan bersama dengan etoposide agar menimbulkan efek yang optimal pada terapi SCLC beberapa obat yang baru pada saat ini seperti gemcitabine, paclitaxel, vinorelbine, topotecan, and irinotecan menunjukan hasil yang menjanjikan pada SCLC. Immunoterapi Pada dasarnya kanker paru dapat terjadi penurunan respon immun, sehingga pada pasien kanker paru memungkinkan untuk diberikan peptide vaccine therapy ,yang bertujuan untuk meningkatkan respon immune yang dapat membunuh sel kanker itu sendiri. Hal ini telah dicoba pada pasien penderita SCLC. Hasilnya dapat meningkatkan five year survival rate dari 34% menjadi 75% dibandingkan kelompok Kontrol.

Prognosis
Prognosis pasien dengan kanker paru dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor klinis dan faktor histopatologi. A. Faktor klinis meliputi : 1. Adanya gejala dan tanda yang masif dan jelas. Gejala dan tanda yang masif dan jelas dari adanya tumor seperti batuk, batuk darah, nyeri dada dan sesak memberikan prognosis yang lebih buruk dibandingkan yang asimptomatik. Dengan survival rate dalam lima tahun 41% berbanding 72%. 2. Keadaan umum. Keadaan umum pasien mempengaruhi prognosis dimana pasien dengan keadaan umum yang lebih baik memiliki prognosis lebih baik. Dengan survival rate selama lima tahun 7% lebih tinggi pada yang keadaan umum baik dibandingkan dengan keadaan umum yang buruk. 3. Umur. Umur lebih tua memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan penderita umur muda. 4. Jenis kelamin. Laki-laki dengan kanker paru memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan perempuan dengan perkecualian pada Adenocarcinoma. B. Faktor histopatologi meliputi : 1. Status atau ukuran tumor. Semakin besar ukuran tumor prognosis pasien semakin buruk. T1 memiliki survival rate dalam lima tahun sebesar 67-83%. T2 sebesar 50-65%. 2. Status kelenjar getah bening. Terlibatnya kelenjar getah bening pada pasien kanker paru memperburuk prognosis pasien. Dengan perbandingan survival rate selama lima tahun pada N1, N2 dan N3 sebesar 45% : 31% : 23%. 3. Status metastasis. Adanya metastase jauh sel kanker memperburuk prognosis pasien. Dengan survival rate selama lima tahun antara M0 berbanding M1 sebesar 50% : 14%. 4. Subtipe histologi. Kanker paru tipe SCLC memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan NSCLC. Sedangkan di antara karsinoma sel skuamus , Adenocarcinoma dan kanker sel besar memiliki prognosis yang bervariasi. 5. Diferensiasi tumor. Tumor dengan diferensiasi buruk memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan tumor yang berdiferensiasi dengan baik. Dengan perbandingan survival rate selama lima tahun antara diferensiasi baik berbanding diferensiasi buruk yaitu 87% : 71%. 6. Invasi pembuluh darah dan pembuluh limfe. Adanya invasi tumor pada pembuluh darah dan limfe sekitarnya memberikan prognosis yang lebih buruk dengan survival rate selam lima tahun sebesar 54% dibandingkan dengan tanpa invasi sebesar 74%.

REFERENCE

AJCC Cancer Staging Handbook 6th Edition 2002: by Frederick L. Greene, David L. Page, Irving D. Fleming (Editor), April Fritz, Charles M. Balch By Springer Verlag B Copas, J Q Shi in: research fellow Reanalysis of epidemiological evidence on lung cancer and passive smoking. 2000 february 12. http://bmj.bmjjournals.com
| More

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsor :

Entri Populer

 

Suhardi | Copyright © 2009 - Blogger Template Designed By BLOGGER DASHBOARD