Infertilitas

Kamis, 14 Juli 2011 ·
Definisi :
tidak hamil setelah 1 tahun menikah,
tanpa menggunakan KB, serta hub
seksual teratur

Macam :
1. Infertilitas Primer
2. Infertiuitas sekunder

Penyebab Infertilitas
Kelainan semen (Male factor Infertility)
Ggn ovulasi (faktor ovulasi)
Tuba : injury, adesi, tersumbat, endometriosis ( faktor tuba)
Abnormalitas interaksi mukus serviks dg sperma (faktor serviks)
Lain-lain : kln uterus, ggn imunologis, infeksi

FAKTOR PRIA
Sel Reprod Pria tdd :
testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesikula seminalis, duktus ejakulatorius, klj bulbouretra, uretra
Pd ejakulasi : sperma dikeluarkan dr vas deferens bersama dg cairan dari prostat vesikula seminalis dan klj bulbouretra
Faktor Ovulasi
Pd umumnya mdh didiagnosis dan pengelolaannya mudah
Siklus normal wanita : 25-35 hr
Wanita dg siklus haid teratur umumnya fertil
E/ : abnormalitas hipotalamus/hipofisis, peny. Tiroid, ggn adrenal, hiperandrogen

Faktor Tuba
Faktor Tuba/peritoneal :
- Kerusakan tuba
- Sumbatan tuba
- Adhesi tuba

Pemeriksaan Infertilitas
Male factor :
1. Analisa sperma :
 Nilai normal :
- Volume : 2-6 ml
- Konsentrasi : > 20 jt/ml
- Motilitas : > 50%
- Morfologi : > 30%

2. Sperm Penetration Assay
Faktor Ovulasi :
1. Temperatur suhu basal
2. Kadar progesteron serum midluteal
3. Monitoring LH
4. Biopsi endometrium
5. USG

Pada prinsipnya, evaluasi pada pasangan infertilitas harus memerhatikan faktor wanita dan pria. Pada wanita, perhatikan pemeriksaan fisiknya termasuk endokrin, pemeriksaan ginekologi, karakteristik haid dan galaktorea, serta masa ovulasi. Pada pria, perlu diperhatikan/dianalisis spermanya untuk mengevaluasi pasangan yang infertil. Kategori infertilitas dipengaruhi oleh faktor garnet laki-laki, gamet perempuan, dan faktor saluran genitalia perempuan.
Penanganan infertilitas dapat dibedakan penanganan pada pria. Penanganan pada wanita dapat dibagi dalarn 7 (tujuh) langkah yang digambarkan sebagai berikut:

• Langkah I (anamnesis), cara yang terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut.
1. Lama fertilitas.
2. Riwayat haid, ovulasi, dan dismenorea.
3. Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, dispareunia.
4. Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir.
5. Konstrasepsi yang pernah digunakan.
6. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.
7. Riwayat penyakit sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid).
8. Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.
9. Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi.
10. Riwayat PID, PHS, leukorea.
11. Riwayat keluar ASI.
12. Pengetahuan kesuburan.
• Langkah II (analisis hormonal), dilakukan jika dari hasil anamnesis ditemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan haid, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 5- 25 ng/ml. Pemeriksaan dilakukan antara pukul 7 sampai 10. Jika ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml disertai gangguan haid, perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang penyebab tidak terjadinya haid.
• Langkah III (uji pasca-sanggama). Tes ini dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Untuk pelaksa-naan uji pasca-sanggama telah dijelaskan sebelumnya. Jika hasil UPS negatif, perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang normal dapat menyimpulkan penyebab infertilitas suami.
• Langkah IV (penilaian ovulasi). Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). SBB dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makanlminum. Jika wanita memiliki siklus haid berovulasi, grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik.
Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Untuk umpan balik negatif, diberikan klomifen sitrat dosis 50-100 mg, mulai hari ke-5 sampai ke-9 siklus haid. Jika dengan pemberian estrogen dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi gonadotropin, untuk pematangan folikel terpaksa diberikan gonadotropin dari luar.
Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Jika diameter folikel mencapai 18-25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi.
• Langkah V (pemeriksaan bakteriologi). Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat Clamydia trachomatis dan gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba. Jika ditemukan riwayat abortus berulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH.
• Langkah VI (analisis fase luteal). Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi dan keadaan seperti ini sering ditemukan pada unexplained infertility. Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron alamiah. Lebih diutamakan progesteron intravagina dengan• dosis 50- 200 mg daripada pemberian oral.
• Langkah VII (diagnosis tuba falopii). Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba tersedia berbagai cara, yaitu uji insuflasi, histerosalpingografi, gambaran tuba falopii secara sonografi, hidrotubasi, dan laparoskopi. Penanganan pada tiap predisposisi infertilitas bergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas yang disebabkan oleh infeksi.
Penanganan pada pria umumnya adalah dengan analisis sperma. Dari hasil analisis sperma dapat terlihat kualitas dan kuantitas dari spermatozoa. Jika ditemukan fruktosa di dalam semen, harus dilakukan tindakan biopsi testis. Jika tidak ditemukan fruktosa di dalam semen, menunjukkan tidak adanya kelainan vesikula dan vasa seminalis yang bersifat kongenital.
Langkah-langkah penanganan infertilitas dari yang paling sederhana, yaitu dengan anamnesis pasangan suami-istri, analisis sperma, uji pasca-sanggama, penilaian ovulasi, pemeriksaan bakteriologi, analisis fase luteal, diagnosis tuba falopii, dan analisis sperma. Penanganan dilakukan secara bertahap dengan mengobati satu atau lebih faktor spesifik. Observasi prospektif dan pengobatan empiris dengan clomiphene atau antibiotik empiris.
Daftar Pustaka
Kebidanan Komunitas Oleh Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes
| More

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsor :

Entri Populer

 

Suhardi | Copyright © 2009 - Blogger Template Designed By BLOGGER DASHBOARD