Kehamilan Ektopik

Kamis, 14 Juli 2011 ·
Ovum yang dibuahi (blastokista) biasanya tertanam di lapisan endometrium rongga uterus. Implantasi di tempat lain disebut kehamilan ektopik. Lebih dan 1 dalam setiap 100 kehamilan di Amerika Serikat adalah kehamilan ektopik, dan lebih dari 95% kehamilan ektopik terjadi di tuba falopii.
Tipe kehamilan ektopik lainnya adalah implantasi trofoblas di serviks (kehamilan serviks) atau ovarium (kehamilan ovarium). Kehamilan abdomen terjadi jika plasenta yang sedang tumbuh di dalam tuba fallopii pecah ke dalam rongga peritoneum dan terjadi implantasi di struktur panggul, termasuk uterus, usus, atau dinding samping panggul.

Telah terjadi peningkatan jurnlah absolut dan laju kehamilan ektopik yang cukup tajam di Amerika Serikat dalam dua dekade terakhir. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah: (1) peningkatan prevalensi infeksi tuba akibat penyakit menular seksual, (2) diagnosis yang lebih dini dengan pemeriksaan yang iebih peka terhadap gonadotropin korion dan ultrasound transvagina, (3) popularitas kontrasepsi yang mencegah kehamilan intrauterus tetapi tidak dapat mencegah kehamilan ekstrauterus, (4) kegagalan sterilisasi tuba, (5) induksi aborsi yang diikuti oleh in feksi, (6) peningkatan penggunaan teknik bantuan reproduksi, dan (7) pembedahan tuba, termasuk riwayat salpingotomi akibat kehamilan tuba dan tubuloplasti.
Kehamilan ektopik masih menjadi penyebab utama kematian ibu hamil di Amerika Serikat dan merupakan penyebab tersering mortalitas ibu pada trimester pertama. Akan tetapi, angka kefatalan kasus (case-fatality-rate) menurun secara bermakna antara tahun 1970 dan 1989. Penurunan drastis kematian akibat kehamilan ektopik ini mungkin disebabkan oleh membaiknya diagnosis dan penatalaksanaan.
KEHAMILAN TUBA 
Gejala dan Tanda
Ovum yang dibuahi dapat berkembang di setiap bagian oviduktus yang menyebabkan kehamilan tuba di ampula, ismus, atau interstisium (kornu). Ampula adalah tempat tersering kehamilan tuba, sedangkan kehamilan interstisium terhitung hanya sekitar 3% dari seluruh gestasi tuba.
Nyeri
Gejala yang muncul berkaitan dengan apakah kehamilan ektopik sudah pecah. Gejala yang paling sering dialami adalah nyeri panggul dan perut. Gejala pencernaan dan pusing atau berkunang-kunang juga sering terjadi, terutama setelah ruptur. Nyeri dada pleuritik dapat terjadi akibat iritasi diafragma oleh perdarahan.
Haid Abnormal
Sebagian besar wanita melaporkan amenorea dengan bercak-bercak perdarahan per vagina. Perdarahan uterus yang terjadi pada kehamilan tuba sering disangka sebagai paid sejati. Perdarahan ini biasanya sedikit, berwarna cokelat tua, dan mungkin intermiten atau terus-menerus. Pada kehamilan tuba, jarang terjadi perdarahan per vagina yang hebat.
Nyeri Tekan Abdomen dan Panggul
Nyeri hebat pada pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan vagina, terutama saat serviks digerakkan, dijumpai pada lebih dart tiga perempat wanita dengan ruptur kehamilan tuba. Akan tetapi, nyeri tekan ini mungkin tidak ada sebelum terjadi ruptur.
Perubahan Uterus
Pada kehamilan tuba, uterus dapat turnbuh selama 3 bulan pertama karena pengaruh hormon placenta. Konsistensi uterus juga mungkin serupa dengan yang dijumpai pada kehamilan normal. Uterus dapat terdorong ke samping oleh massy ektopik, atau jika ligament= latum terisi oleh darah, uterus dapat sangat terdesak. Silinder desidua uterus terbentuk pada 5 hingga 10 persen wanita dengan kehamilan ektopik. Keluarnra struktur ini mungkin disertai oleh rasa krain yang serupa dengan yang dialami saat abortus spontan.
Tekanan Darah dan Nadi
Sebelum pecah, tanda-tanda vital umumnya normal. Respons awal terhadap ruptur dapat berkisar dari tanpa perubahan tanda-tanda vital hingga peningkatan ringan tekanan darah, atau respons vasovagus disertai bradikardi dan hipotensi. Tekanan darah akan turun dan nadi meningkat hanya jika perdarahan berlanjut dan terjadi hipovolemia.
Suhu
Setelah perdarahan akut, suhu mungkin normal atau bahkan rendah. Suhu dapat meningkat hingga 38 C, tetapi tanpa infeksi suhu jarang melebilu angka ini.

Massa Panggul

Pada pemeriksaan bimanual, dapat diraba suatu massa di panggul pada 20 persen pasien. Massa tersebut hampir selalu terletak di posterior atau lateral uterus. Massa biasanva lunak dan elastik.
Kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu teknik sederhana untuk mengidentifikasi hemoperitoneurn. Serviks ditarik ke arah simfisis dengan sebuah tenakulum, dan dimasukkan sebuah jarum panjang ukuran 16 atau 18 melalui forniks posterior ke dalam cul-de-sac. Potongan bekuan darah lama yang mengandung cairan, atau cairan mengandung darah yang tidak membeku, sesuai dengan diagnosis hemoperitoneum akibat kehamilan ektopik. Jika darah yang disedot membeku, maka darah tersebut mungkin berasal dari pembuluh darah yang tertusuk dan bukan dart perdarahan pada kehamilan ektopik. Tidak adanya cairan yang tersedot, tidak rnenyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik.
Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin, Hematokrit, dan Hitung Leukosit
Setelah perdarahan, volume darah yang berkurang dikembalikan ke arah normal oleh hemodilusi rang berlangsung dalam satu atau beberapa hari. Oleh karena itu, pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit pada awalnya mungkin hanya memperlihatkan sedikit penurunan. Pada kehamilan ektopik terganggu, derajat leukositosis sangat bervariasi. Pada sekitar separuh wanita, dapat ditemukan leukositosis hingga 30.000/p.L.
Pemeriksaan Urine untuk Kehamilan
Pemeriksaan urine yang tersering digunakan adalah pemeriksaan latex agglutination inhibition (hambatan penggumpalan lateks) menggunakan slide dengan sensitivitas untuk gonadotropin korion (hCG) dalam kisaran 500 hingga 800 rnIU/mL. Pada kehamilan ektopik, kemungkinan positif hanvalah 50 hingga 60 persen. Jika digunakan tabung, deteksi hCG adalah dalam kisaran 150 hingga 250 mIU/
dan uji ini positif pada 80 hingga 85 persen kehamilan ektopik. Uji yang menggunakan enume-linked immunosorbent assay (ELISA) sensitif hingga 10 sampai 50 mIU/mL dan positif pada 95 persen kehamilan ektopik.
Pemeriksaan Beta-hCG Serum
Radioimmunoassuy, dengan sensitivitas 5 sampai 10 mIU/rni, merupakan metode paling tepat untuk mendeteksi kehamilan. Karena saw kali basil pemeriksaan serum yang positif tidak menyingkirkan kehamilan ektopik maka dirancanglah
beberapa metode yang menggunakan nilai serum kuantitatif serial untuk menegakkan diagnosis. Metode ini sering digunakan bersama dengan sonografi (lihat bagian selanjutnya tentang kombinasi B-hCG plus sonografi).
Progesteron Serum
Satu kali pengukuran progesteron sering dapat digunakan untuk memastikan kehamilan yang berkembang norrnal. Nilai yang melebihi 25 ng/mL menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik dengan sensitivitas 97,5 persen. Nilai yang kurang dart 5 ng/mL mengisyaratkan bahwa mudigah-janin telah meninggal, tetapi tidak menunjukkan lokasinya. Kadar progesteron antara 5 dan 25 rig/mi. bersifat inkonklusif.
Pencitraan Ultrasound
Sonografi Abdomen
Kehamilan di tuba falopii sulit diidentifikasi dengan sonografi abdomen. Tidak adanya kehamilan di uterus secara sonografis, uji kehamilan yang positif, adanya cairan di cul-de-sac, dan adanya massa abnormal di panggul, menunjukkan kehamilan ektopik. Sayangnya, ultrasound rnungkin rnernberi gambaran kehamilan intrauterus pada sebagian kasus kehamilan ektopik saat bekuan darah atau silinder . desidua memberi gambaran seperti suatu kantong intrauterus kecil. Sebaliknya, terlihatnya suatu massa di adneksa atau cul-de-sac pada sonografi tidak selalu membantu karena kista korpus luteum dan usus yang terbelit secara sonografis kadang-kadang tampak seperti kehamilan tuba. Hal yang utama, suatu kehamilan intrauterus biasanya tidak terdeteksi dengan ultrasound abdomen hingga 5 atau 6 minggu haid atau konsentrasi B-hCG serum lebih dari 6000 mIU/mL.

Sonografi Vagina

Sonografi dengan transduser vagina dapat mendeteksi kehamilan uterus paling awal 1 minggu setelah terlambat haid jika kadar B-HCG serum lebih dart 1500 mIU/mL. Uterus yang kosong dengan konsentrasi B-hCG serum 1500 mIU/mL atau lebib sangat akurat untuk mengidentifikasi kehamilan ektopik. Identifikasi kantong gestasi dengan ukuran 1 hingga 3 mm atau lebih, yang terletak eksentrik di uterus, dan dikelilingi oleh reaksi desidua-korion meng,isyaratkan kehamilan intrauterus. Kutub janin di dalam kantong tersebut bersifat diagnostik untuk kehamilan intrauterus, terutama jika disertai oleh gerakan jantung janin. Tanpa kriteria ini, ultrasound mungkin nondiagnostik. Pada basil studi yang nondiagnostik, sebagian besar dokter menganjurkan sonografi serial disertai pengukuran serial B-hCG.
Ultrasound Doppler Warna dan Berpulsa
Pada teknik ini dilakukan identifikasi atas letak warna vaskular intra- atau ekstrauterus dalam bentuk khas yang disebut pola ring-of-fire dan pola aliran kecepatan-tinggi impedansi-rendah yang sesuai dengan perfusi plasenta. Jika pola ini terlihat di luar rongga uterus maka ditegakkan diagnosis kehamilan ektopik.
Kombinasi B-hCG Serum Plus Sonografi
Jika pada seorang wanita yang hemodinamikanya stabil dicurigai terdapat kehamilan ektopik, maka penatalaksanaan selanjutnya bergantung pada kadar B-hCG serum dan ultrasonografi. Jika kadar B-hCG kurang dari 1500 mIU/m1, dan pada sonografi, vagina uterus kosong, maka tidak dapat ditegakkan diagnosis pasti. Terdapat selang 20 hari antara deteksi labOratorium dan kemungkinan identifikasi kehamilan dengan ultrasound. Selama periode ini, wanita yang bersangkutan dapat mengalami abortus, mdanjutkan kehamilannya dan membentuk kantong gestasi normal, atau memperlihatkan tanda-tanda kehamilan ektopik.
Pada wanita dengan kehamilan normal, rerata waktu untuk hCG dalam serum meningkat dua kali lipatnya adalah sekitar 48 jam. Kegagalan mempertahankan kecepatan peningkatan produksi B-hCG ini, disertai oleh kosongnya uterus, mengisyaratkan kehamilan ektopik.
Penatalaksanaan
Dahulu, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan tuba falopii yang rusak dan berdarah. Selama dua dekade terakhir, diagnosis dan terapi yang lebih dini memungkinkan kita menangani kehamilan ektopik yang belum pecah bahkan sebelum gejala-gejala klinis muncul. Diagnosis dini ini menyebabkan banyak kasus kehamilan ektopik dapat diatasi dengan terapi medis.
Penanganan Menunggu
Sebagian memilih mengamati kehamilan tuba yang sangat dini dengan kadar B-hCG serum yang stabil atau turun. Hampir sepertiga dari wanita dengan kehamilan
ektopik akan memperlihatkan penurunan kadar B-hCG.
Imunoglobulin Anti-D
Jika wanita yang bersangkutan D negatif, tetapi belum tersensitisasi antigen D maka ia perlu diberi imunoglobulin anti-D.
Metotreksat
Pada keadaan-keadaan klinis tertentu, dianjurkan penanganan terapi medis dengan metotreksat. Perdarahan intra-abdomen aktif merupakan kontraindikasi bagi kemoterapi mi. Angka keberhasilan dengan seleksi pasien yang benar adalah lebih dari 90.persen. Sebagian wanita mungkin memerlukan pemberian beberapa kali.
Pemilihan pasien. likuran massa ektopik dan kadar merupakan faktor penting. Keberhasilan paling besar terjadi jika gestasi berusia kurang dari 6 minggu, massa tuba bergaris tengah tidak lebih dari 3,5 cm, janin telah meninggal, dan kadar B-hCG kurang dari 15.000 Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1998), kontraindikasi lain meliputi menyusui, imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit hati atau ginjal, diskrasia darah, penyakit paru aktif, dan tukak peptik. Kandidat untuk terapi metotreksat harus memiliki hemodinarnika yang stabil dengan hemogram normal serta fungsi hati dan ginjal normal.
Penetapan dosis metotreksat. Metotreksat adalah suatu obat antineoplastik yang bekerja sebagai antagonis asam folat dan sangat efektif terhadap trofoblas yang berproliferasi cepat.Meskipun terapi dosis tunggal lebih mudah diberikan dan dipantau dibandingkan dengan terapi dosis bervariasi, namun terapi dosis tunggal lebih sering menyebabkan persistensi kehamilan ektopik. Parkland Hospital biasanya menggunakan terapi dosis tunggal.
Toksisitas dapat timbul secara mendadak dan mungkin parah; namun, sebagian besar regimen tidak banyak menyebabkan perubahan hasil laboratorium atau gejala. Efek samping umumnya mereda dalam 3 hingga 4 hari. Efek samping yang paling sering muncul adalah disfungsi hati, stomatitis, dan gastroenteritis. Pernah dilaporkan beberapa kasus demam dan neutropenia yang mengancam nyawa, pneumonitis transien akibat-obat, dan alopesia.
Setelah terapi metotreksat, B-hCG biasanya menghilang dari plasma dalam 14 hingga 21 hari. Terapi dosis tunggal harus dipantau dengan menggunakan pemeriksaan berulang B-hCG serum pada interval 4 dan 7 hari. Pada pemberian metotreksat dosis variabel, konsentrasi B-hCG serum diukur setiap 48 jam sampai turun lebih dari 15 persen. Setelah pengobatan berhasil, dilakukan pengukuran 3- hCG serum setiap rninggu sampai kadarnya kurang dari 5 mILI/mL. Dianjurkan pengawasan rawat jalan, tetapi jika terdapat keraguan tentang keamanan, wanita yang bersangkutan dirawat Map. Kegagalan dinilai dari tidak adanya penurunan kadar,B-hCG, menetapnya massa ektopik, atau perdarahan intraperitoneum. Lima persen wanita yang diterapi metotreksat akan mengalami ruptur tuba.
Pembedahan
Laparoskopi lebih dianjurkan daripada laparotomi kecuali jika wanita yang bersangkutan tidak stabil. Meskipun hasil akhir reproduktif, termasuk angka kehamilan uterus dan kekambuhan kehamilan ektopik setara, namun laparoskopi lebih efektif biaya dan menghasilkan waktu penyembuhan yang lebih singkat. Pembedahan tuba untuk kehamilan ektopik dianggap konservatif jika tuba diselamatkan. Contohnya adalah salpingostomi, salpingotomi, dan ekspresi kehamilan ektopik melalui fimbria. Pembedahan radikal dilakukan jika diperlukan salpingektomi.
Kuretase Pada banyak kasus, aborsi inkomplet dan kehamilan tuba dapat dibedakan dengan kuretase. Kuretase dianjurkan jika kadar progesteron serum kurang dari 5 ng/mL atau meningkat secara abnormal.
Salpingostomi 
Tindakan ini digunakan untuk mengeluarkan kehamilan kecil yang biasanya panjangnya kurang dari 2 cm dan terletak di sepertiga distal tuba falopii. Dibuat sebuah sayatan lurus dengan panjang 10 sampai 15 mm atau kurang, di tepi antimesenterik tepat di atas kehamilan ektopik. Produk biasanya akan menyembul dari insisi tersebut dan dapat dikeluarkan secara hati-hati atau dibilas. Tempat perdarahan kecil diatasi dengan elektrokauterisasi atau laser, dan sayatan dibiarkan tidak dijahit untuk sembuh secara sekunder. Tindakan ini dapat dilakukan melalui laparoskop dan saat ini merupakan “baku emas” metode bedah untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu.
Salpingotomi 
Tindakan ini sama dengan salpingostomi kecuali sayatan ditutup dengan jahitan Vicryl 7-0 atau yang secara. Tidak terdapat perbedaan dalam prognosis dengan atau tanpa jahitan.
Salpingektomi Reseksi tuba dapat dilakukan melalui laparoskop operatif dan dapat digunakan baik pada kehamilan ektopik terganggu atau belum terganggu. Saat mengangkat tuba falopii, dianjurkan untuk membuat sayatan baji tidak melebihi sepertiga luar bagian interstisium tuba. Reseksi kornu ini dilakukan sebagai upaya memperkecil kemungkinan (walaupun jarang) kekambuhan kehamilan di kuntong tuba.
Reseksi segmental dan anastomosis 
Reseksi massa dan anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan untuk kehamilan ismus yang belum ruptur. Pendekatan ini digunakan untuk menghindari pembentukan jaringan parut dan penyempitan yang ditimbulkan oleh salpingostomi. Setelah segmen tuba dipajankan, mesosalping di bawah tuba disayat, dan ismus tuba yang mengandung massa ektopik direseksi. Mesosalping dijahit sehingga puntung tuba menyatu. Segmen tuba kemudian dijahit lapis demi lapis dengan Vicryl 7-0 interuptus. Prosedur ini paling baik dilakukan dengan teknik bedah mikro dan pembesaran lapangan operasi.
Pustaka
Obstetri Williams
| More

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsor :

Entri Populer

 

Suhardi | Copyright © 2009 - Blogger Template Designed By BLOGGER DASHBOARD